Creative Minority: Menguak Takdir GUPPI

Creative Minority: Menguak Takdir GUPPI

06 April 2024 13:23

Oleh: Hasan M. Noer*)

Gerakan Usaha Pembarian Pendidikan (GUPPI) telah ditakdirkan dalam sejarah sebagai lembaga modern yang berkonsentrasi melakukan ”pembaruan” di bidang pendidikan Islam di Tanah Air. Sebagai lembaga modern dan “pembaru,” sejatinya GUPPI tidak membutuhkan banyak orang untuk membesarkannya. Ia seharusnya mengandalkan apa yang diteorikan Arnold J. Toynbee (1889-1975), sebagai “creative minority” (kelompok kecil yang kreatif).

Pada kelompok kecil yang kreatif inilah GUPPI dapat menemukan kembali takdirnya sebagai penyemai ide-ide perubahan di bidang pendidikan Islam. Karenanya, GUPPI hendaknya selalu berdiri di atas lokus “pembaruan” untuk melihat kepingan-kepingan masalah yang dihadapi pendidikan Islam khususnya maupun pendidikan nasional umumnya. Ia wajib mencari pemecahan masalah-masalah seirus di bidang pendidikan—baik umum maupun agama—yang terasa lebih segar di pikiran dan lebih hangat di kalbu, demi membawa umat dan bangsa ini melesat ke masa depan. 

***

Perjalanan sejarah umat manusia membuktikan bahwa perubahan sosial dalam spektrum apa pun, baik konstruktif maupun destruktif, selalu bermula dari gerakan pembaruan, perbaikan, dan perubahan yang dilakukan oleh kalangan terpelajar yang tergabung dalam “kelompok kecil yang kreatif” (creative minotrity) itu. Pada kepeloporan merekalah mayoritas umat menyandarkan diri dan berharap besar untuk “menemukan” masa depannya secara lebih beradab.

Disebabkan oleh posisinya sebagai lokus (tempat bernaung) kaum pembaru pendidikan, maka GUPPI harus kreatif merumuskan modum (langkah operasional) yang terbarukan untuk mewujudkan telos (cita-cita) pembaruan pendidikan yang, tidak saja mutakhir dan mengejutkan, tetapi juga autentik dan genuine, sehingga GUPPI hadir di pentas sejarah sebagai sumber inspirasi dan kepeloporan di bidang yang menjadi habitatnya. 

Sebagai kelompok pembaru pendidikan, GUPPI selayaknya tampil kreatif, progresif, dan inovatif dalam merepons isu-isu nasional di bidang pendidikan maupun bidang-bidang lain yang langsung ataupun tak langsung bersentuhan dengan isu pendidikan nasional dan juga tentu saja pendidikan Islam tersebut.

Isu-isu paling krusial seperti ‘pendidikan agama’ diabrogate (dicabut) dari kurikulum melalui Undang-Undang Pendidikan Nasional baru-baru ini, sehingga sempat menyentak nalar publik—meski kemudian dijernihkan melalui proses “klarifikasi” setelahnya—maka seharusnya GUPPI-lah seharusnya berada di garis paling depan sebagai “pembawa aspirasi umat” untuk berdialog dan merumuskan ide-ide tandingan yang lebih ‘akomodatif’ untuk meredakan ketegangan. Di sini, GUPPI tampak tak bertenaga dalam menghadapi isu-isu besar yang mengundang public interest secara luas itu.

Pada titik ini, selayaknya GUPPI secara sangat sadar lahir dengan membawa misi profetik (misi kenabian) yang berbicara tentang masa depan sebelum masa depan itu tiba di depan mata. Karakter yang melekat pada kaum pembaru yang membawa misi profetik itu adalah kreatif, progresif, dan inovatif. Karakter dan tradisi berpikir seperti inilah menjadi menu dan sajian utama kepeloporan GUPPI di pentas nasional, sekaligus menjadi panutan di level lokal.

***

Dalam melaksanakan visi, misi, tujuan, dan program organisasi, GUPPI membutuhkan mitra bestari yang credible (dapat dipercaya) dari berbagai lembaga negara, dependen maupun independen, untuk menyuarakan ide dan gagasan perubahan, perbaikan, dan pembaruan tersebut. Ide dan gagasan itu, sudah pasti merupakan bentuk ijtihad dan rasa tanggung jawab GUPPI dalam memenuhi basic demand (kebutuhan dasar) umat dan bangsa.

Memperhatikan kondisi internal GUPPI yang relatif problematik ini, kita patut terpanggil untuk membenahinya dengan dua sikap: memelihara dan mengambil. Sikap pertama akan melahirkan semangat merawat, memelihara, dan meneruskan apa yang dianggap masih baik. Sikap kedua akan melahirkan semangat mengoreksi, memerbaiki, dan mengambil apa yang dianggap lebih baik.

Secara kelembagaan, GUPPI baru memulai kembali peremajaan kelembagaan justru di usianya yang sudah tidak remaja lagi. Pada saat yang sama, GUPPI dihadapkan pada tantangan yang tidak lagi ringan di era digital ini. GUPPI dituntut oleh zamannya untuk merumuskan kembali dirinya, setelah berhadapan dengan tantangan-tantangan nasional maupun global di bidang pengelolaan pendidikan yang kian kompleks.

Oleh karena itu, Muktamar X GUPPI menjadi medan pertarungan ide dan gagasan untuk pembenahan secara fundamental pada lima hal utama, yaitu: (1) program, (2) kepemimpinan, (3) kelembagaan, (4) finansial, dan (5) infrastruktur.

Untuk tiba pada ikhtiar menembus batas rausyan fikr itu, secara moral, GUPPI berkehendak menyampaikan pikiran dan harapannya kepada pemangku kepentingan di negeri ini melalui noktah-noktah rekomendasi yang disampaikannya secara terbuka dan akan diperjuangkan oleh pengurus berikutnya pada instansi terkait. Semoga Allah SWT selalu membimbing kita untuk berani mengetuk arasy perubahan di depan mata itu. Wallahu a’lam.[]

*) Penulis adalah Penggurus DPP GUPPI.

Artikel Terkait

JALAN MENDAKI
JALAN MENDAKI

wacana

Senin, 28 Oktober 2024 15:16

Pancasila Yang Sakti: Sebuah Renungan
Pancasila Yang Sakti: Sebuah Renungan

wacana

Minggu, 01 Oktober 2023 13:22

Sekitar Gagasan GUPPI Reborn
Sekitar Gagasan GUPPI Reborn

wacana

Sabtu, 04 Mei 2024 18:54

Komentar (1)

avatar
MTs GUPPI SEMIN

06 April 2024 18:24

Aaminn...
Semoga GUPPI semakin Jayaaa!!!