Bahrul Hayat: Pendidikan Islam Harus Bermutu

Bahrul Hayat: Pendidikan Islam Harus Bermutu

18 Mei 2024 09:47

Jakarta (GUPPI) – Gerakan Usaha Pembaruan Pendidikan Islam (GUPPI) akan mengadakan Muktamar yang ke 10 di Jakarta pada tanggal 18-19 Mei 2024. Muktamar ini dilakukan setelah beberapa kali tertunda akibat pandemi Covid 19 dan Pemilu. Dalam Muktamar ini akan didakan pemilihan Ketua Umum GUPPI yang baru periode 2024 – 2029. Dan salah satu calon Ketua Umum GUPPI yang cukup popoler adalah H. Bahrul Hayat, Ph. D.

GUPPI merupakan organisasi masyarakat Islam yang lahir tanggal 3 Maret 1950 di Sukabumi Jawa Barat dengan nama “Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam” disingkat GUPPI. Dalam Muktamarnya pada penghujung tahun 90-an, namanya kemudian dirubah menjadi “Gerakan Usaha Pembaruan Pendidikan Islam” dengan singkatan tetap GUPPI.

Bahrul Hayat, bukanlah orang baru di dunia Pendidikan Islam. Dia merupakan mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Agama dan saat ini adalah Wakil Rektor Universitas Islam Internasional (UIII). Sebelum di Kementerian Agama, dia berkarir di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Saat masih di Kemendibud dia cukup intens memberi perhatian kepada pendidikan Islam,  agar mutu dan kualitasnya setara, bahkan lebih baik, dari sekolah umum yang ada di Indonesia. Menurutnya, tidak ada kata lain bahwa manajemen pendidikan Islam harus terus diperbaiki dan ditingkatkan.

Menurut Bahrul Hayat tantangan manajemen pendidikan Abad 21 bergantung pada kualitas manajemennya.

“Kualitas pendidikan tidak dapat dipisahkan dari mindset para pengelolanya, karena mindset merupakan perwujudan dari nilai-nilai pendidikan yang mereka yakini,”ungkap Bahrul yang pernah mengenyam pendidikan di Universitas Chicago Amerika Serikat.

Untuk itu menurutnya pelaksana pendidikan harus peka terhadap globalisasi. Globalisasi baginya telah membuat kehidupan umat manusia bersifat terbuka (open and borderless) dan telah menciptakan peradaban baru manusia dengan perubahan gaya hidup, cara kerja, sistem sosial, politik, keamanan, ekonomi dan budaya.

“Manusia kini hidup di kampung besar global yang sangat majemuk dan terintegrasi (diversed-yet-integrated society). Abad 21 ditandai dengan perkembangan teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi yang sangat dahsyat. Perkembangan ilmu pengetahuan telah mencapai titik yang sangat spektakuler dalam setiap disiplin ilmu dan sekaligus terjadi lintas disiplin dan multidisiplin,”ujarnya.

Untuk itu Abad 21 menuntut strategi dan proses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan gaya belajar siswa dalam lingkungan dan struktur pembelajaran yang lebih fleksibel.

“Strategi dan proses pembelajaran abad 21 menuntut pengalaman belajar siswa yang customized and tailored learning melalui pendekatan student-centric yang dapat memotivasi semua siswa untuk belajar,” tambahnya.

 

Mutu Madrasah.

Menurutnya, madrasah masih mengalami dikotomi dengan sekolah umum. Padahal, madrasah wajib mendapatkan kesetaraan sesuai amanah para pendiri bangsa.

Karena itu ia berharap agar pemerintah terus memberikan perhatian agar madrasah memiliki kesetaraan seperti lembaga pendidikan sederajat.

Menurutnya, dikotomi yang kerap terjadi, adalah dikotomi antar sub sistem, antar penyelenggara, antar jenis sumber daya pendidik dan antar jenis pendidikan. Sejumlah dikotomi itu masih terjadi sampai saat ini, sekalipun sudah mengalami perubahan yang signifikan.

Ia menjelaskan kesetaraan yang wajib dihadirkan pemerintah, adalah kesetaraan regulasi, kebijakan, program dan kesetaraan anggaran. Selama ini, ia merasa kesetaraan itu masih perlu ditingkatkan oleh pemerintah, terutama agar dapat dirasakan langsung oleh madrasah yang ada terus berkembang.

Bahrul Hayat, yang merupakan Penasehat Indonesia Bermutu mengemukakan bahwa madrasah pada hakikatnya adalah madrasah kehidupan.

“Madrasah bermutu harus menjadi tempat di mana seseorang dididik dan dikembangkan untuk menjalani kehidupannya  yang bermakna,” katanya.

Karena itu Bahrul menegaskan bahwa madrasah bermutu wajib menjamin bahwa siswa melakukan pembelajaran tentang dunia (the world), sesamanya (each other), dirinya (themselves), dan pembelajarannya (their learning).

"Madrasah bermutu memiliki tujuh  kecerdasan yakni cerdas akademik, cerdas spiritual, cerdas moral, cerdas emosional, cerdas lingkungan, cerdas pedagogis, dan cerdas manajerial," ungkap mantan Sekjen Kemenag tersebut.

Ia meyakini tujuh kecerdasan ini akan mampu merealisasikan madrasah bermutu universal.

 

Mutu Guru

Sementara itu terkait dengan mutu guru Bahrul mengungkapkan, bahwa rendahnya mutu pendidikan di Indonesia salah satunya disebabkan belum membudayanya pelaksanaan penilaian pendidikan yang bermutu.

''Pemerintah, perguruan tinggi, pendidik dan pelaku pendidikan lain perlu fokus dan serius membenahi sistem penilaian di Indonesia,'' ungkap Bahrul Hayat, yang merupakan Ketua Umum Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI) Pusat.

Mantan Sekjen Kementerian Agama ini menyinggung pentingnya mutu guru ditingkatkan dalam penilaian sehingga pembelajaran tuntas bisa berkualitas.

"Strategi pembelajaran tuntas terletak pada kemampuan guru mengetahui apa yang sudah siswa tahu dan siswa bisa lakukan. Hal ini hanya bisa diketahui melalui penilaian,'' jelas Bahrul Hayat.

Bahrul Hayat mengharapkan agar pemerintah totalitas menyempurnakan penilaian dalam kurikulum nasional, terutama penilaian sikap.

Penilaian sikap menurut Bahrul diarahkan pada pembentukan perilaku dan pengembangan karakter siswa dan menjadi kewajiban semua guru bukan hanya guru PPKn dan Agama.

 

Profil Bahrul Hayat

 

Bahrul Hayat, lahir di Tasikmalaya Jawa Barat, 30 April 1959 adalah Sekretaris Jenderal Kementerian Agama periode 2006-2014, yaitu periode Maftuch Basuni dan Suryadharma Ali.

Saat ini, ia merupakan Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Sumber Daya Manusia Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Depok, dan dosen Fakultas Psikologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal periode 2015-2020 menggantikan H. Zulkifli Rahman, M.H. 

Bahrul Hayat juga merupakan salah satu anggota Dewan Pakar/Tim Ahli BP4 Pusat periode 2014-2019 yang dikukuhkan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

Bahrul Hayat saat ini juga konsultan di bidang Pendidikan untuk Bangsomoro Autonomous Region in Muslim Mindanao (BARMM) di Philipina Selatan. Dia merupakan konseptor utama penyusunan Bangsamoro Education Code, sebuah undang-undang pendidikan daerah BARMM yang menjadi rujukan pengembangan pendidikan, khususnya madrasah di BARMM.

Sebagai penghargaan atas dedikasinya, BARMM kemudian menabalkan namanya untuk sebuah madrasah yang didirikan, yaitu Madrasah Bahrul Hayat Al-Islamiyah Inc. di Midsayap Mindanao.

Adapun latar belakang pendidikannya adalah SMAN 1 Tasikmalaya, Sarjana di IKIP Bandung, S2 di Universitas Pitssburg Amerika Serikat, dan S 3 di Universitas Chicago di Amerika Serikat.

 

Penulis : Agus Sholeh

Sumber : Dari berbagai sumber.

Artikel Terkait

Pramuka Mau DIbawa Kemana?
Pramuka Mau DIbawa Kemana?

wacana

Rabu, 03 April 2024 21:32

Pancasila Yang Sakti: Sebuah Renungan
Pancasila Yang Sakti: Sebuah Renungan

wacana

Minggu, 01 Oktober 2023 13:22

URGENSI BUKU PAI DI ERA DEEP LEARNING
URGENSI BUKU PAI DI ERA DEEP LEARNING

wacana

Rabu, 04 Desember 2024 17:20

Komentar (0)

Komentar tidak ditemukan