Usaha Pembaruan Harus Sabar Dan Konsisten (Pengalaman Ummussabri Kendari)

Usaha Pembaruan Harus Sabar Dan Konsisten (Pengalaman Ummussabri Kendari)

31 Juli 2024 09:48

Jakarta, (GUPPI) – Sekolah-sekolah Islam saat ini sudah mulai kompetitif dan menjadi dambaan masyarakat. Sejumlah sekolah Islam, walau dikenal mahal, namun animo masyarakat tetap mbludak untuk sekolah disana. Kondisi ini harus disyukuri oleh umat Islam dan bangsa Indonesia karena mutu pendidikan Islam sudah lebih kompetitif dan bisa bersaing dengan sekolah-sekolah umum lainnya di Indonesia.

Hal ini disampaikan oleh Dr. Supriyanto, MA, Ketua Yayasan Ummusshabri Kendari yang menaungi RA, MI, MTs dan MA di Kendari Sulawesi Tenggara, beberapa waktu lalu dalam melihat fenomena saat ini dimana banyak lembaga pendidikan Islam swasta yang popular dan menjadi dambaan masyarakat.

“Alhamdulillah, saat ini sudah banyak muncul sekolah Islam, baik itu sekolah Islam, madrasah dan pondok pesantren yang hebat-hebat dan menjadi dambaan masyarakat. Madrasah-madrasah di lingkungan Ummusshabri yang dulu digagas oleh para Pengurus GUPPI tahun 1973, sekarang sudah menjadi idola masyarakat Indonesia timur, “kata Supriyanto.

Menurut Supriyanto, untuk membangun sekolah atau madrasah yang bermutu harus dibarengi dengan kesabaran dan keikhlasan karena membutuhkan waktu yang lama.

“Sejarah perjalanan Ummusshabri contohnya, harus bergerak sedikit demi sedikit, dari tahun ke tahun mulai tahun berdirinya 1973 dengan segala suka duka dan tantangan yang dihadapinya hingga menjadi madrasah yang unggul dan diperhitungkan seperti saat ini,” tambah Supriyanto.

Supriyanto menuturkan bahwa tidak mudah untuk mempertahankan sekolah yang bermutu, karena itu harus banyak kreasi dan inovasi sehingga tetap menjadi pilihan utama dalam memilih sekolah.

“Ummusshabri secara rutin di bulan Januari menyelenggarakan event Ummusshabri Internasional expo yang di dalamnya terdapat rangkaian kegiatan seperti perkemahan raya, expo produk kreatifitas siswa, international conggres,  international culture exchange camp, dan olympiade science dan agama,” ujar Supriyanto, yang alumni S 3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dirinya juga menuturkan bahwa harus melakukan pembaruan kurikulum secara terus – menerus agar lembaganya bisa merespon perkembangan zaman.

“Kami harus bisa menjaga dan meningkatkan relevansi kurikulum dengan perkembangan saat ini dan kemudian diikuti dengan peningkatan kompetensi guru sesuai kebutuhan sekarang terutama literasi digital guru, yang menjadi kompetensi mengajar abad 21,” katanya.

Menurutnya, sekolah-sekolah swasta punya peluang yang sama untuk maju tanpa menunggu bantuan dari Pemerintah.

“Sekolah Islam sebenarnya mempunyai modal sosial yang cukup dari masyarakat. Namun harus berani membangun budaya kompetisi dan kontestasi secara internal, sehingga mutunya tinggi. Sekolah harus terbiasa mengevaluasi mutu guru secara internal, agar daya saingnya lebih kompetitif,“ ujar Supriyanto yang juga aktif mengajar di IAIN Kendari.

Saat ditanya kenapa memilih Curriculum Cambridge untuk menjadikan madrasah-madraah di Ummusabri maju, menurutnya ini hanya langkah awal saja.

“Kita pilih Curriculum Cambridge karena diakui dan diterima oleh universitas di dunia. Curriculum Cambridge menawarkan banyak mata pelajaran sehingga siswa bisa menentukan sesuai minat dan bakatnya. Apalagi kurikulum Cambridge lebih fokus pada keterampilan abad 21.”, ujarnya.

Ke depan dirinya akan menerapkan tiga model kurikulum, termasuk dari Al Azhar Kairo.

“Penerapan Cambridge Curriculum ini sebenarnya merupakan tahap awal dari rencana besar Ummusshabri untuk menerapkan triple curriculum, yaitu Cambridge, Al Azhar dan Kurikulum nasional. Jadi penerapanya bertahap dulu dengan memantapkan Cambridge dulu baru selanjutnya Al Azhar”, ungkapnya.

 

Perbaikan Bertahap.

Dipilihnya Ummusshabri sebagai nama lembaga pendidikan Islam tentu tidak lepas dari keinginan para pendirinya dalam mengidealkan sosok santri di wilayah Kendari.

“Secara bahasa Ummusshabri berarti puncak kesabaran atau kesabaran yang tinggi. Dengan nama tersebut diharapkan agar para siswa Islam yang dididik di sini memiliki kesabaran yang tinggi dalam berjuang membangun negeri tercinta ini, khususnya wilayah Sulawesi Tenggara,” kata Supriyanto.

Ummussabri menjadi Lembaga Pendidikan Islam seperti saat ini memerlukan waktu yang lama dan kesabaran yang luar biasa.

“Mulai tahun 2013 Ummusshabri mulai melakukan serangkaian pembaruan dan perbaikan yang dimulai dari penataan tata kelola manajemen dan target mutu berbasis kinerja SDM. Dan sejak itulah Ummusshabri mulai dapat mengakselerasi diri dengan madrasah yang ada di Sulawesi Tenggara’, kata Supriyanto yang alumni S3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ia menyebut bahwa salah satu bentuk inovasi adalah dimana Ummusshabri mulai 2015 menggagas program kelas CIBI (Cerdas Intelektual Berbasis Islami) untuk MI dan CIBER (Cerdas Intelektual Berbasis Relegious) untuk tingkat MTs dan MA. Adapun karakteristik kelas Cibi-Ciber itu yaitu : 

Program CIBI dan CIBER itu didukung dengan 2 langkah inovatif, yaitu pertama, pengantar pembelajarannya berbasis bilingual, sehingga rekrutment guru mensyaratkan wajib memiliki kemamuan bilingual. Kedua, pengajaran berbasis team teaching dengan sistem integrasi ilmu antara sains dan agama, sehingga dalam satu kelas harus diisi minimal dua orang guru yang terdiri dari guru sains dan guru agama. Bahkan untuk kelas 1-2 di MI dalam satu kelas terdapat 3 guru yaitu sains, PAI dan BK/Psikologi, yang ketiganya mereka stay dalam kelas.

“Integrasi ilmu itu menjadi penting agar tidak terjadi dikotomi dalam ilmu, orang biasa menganggap bahwa kalau kita belajar agama seolah-olah tidak ada hubungannya dengan sains, demikain pula sebaliknya, padahal antara keduanya saling berkaitan dan mengkonfirmasi, “ujar Supryanto yang juga aktif MUI Kota Kendari.

Lebih lanjut ia menambahkan bahwa setelah menggagas program Cibi-Ciber maka kemudian dilakukan open rekrutment guru yang disyaratkan harus memiliki kompetensi sesuai branding kelas Cibi-Ciber yaitu bilingual dan team teaching, sehingga berani memasang target mutu dimana kemampuan siswa kelas Cibi-Ciber minimal dua kali lipat dari siswa regular, dan janji mutu itulah yang dibeli oleh Masyarakat.

“Untuk meningkatkan kualitas maka Ummusshabri harus berani memulai membangun budaya mutu dan budaya kerja yang dibarengi dengan inovasi-inovasi untuk memperkuat branding. Karena itu para gurunya juga harus melek Cibi - Ciber, “ucapnya.

 

Peran GUPPI

Terkait dengan kondisi GUPPI saat ini, Supriyanto berharap agar GUPPI memberi perhatian serius kepada sekolah-sekolah Islam, baik yang langsung binaan GUPPI maupun sekolah Islam pada umumnya agar gerakan pembaruan pendidikan itu menjadi semangat baru.

“Harapan kepada GUPPI sudah bisa mulai membuat cluster sekolah berdasarkan kemampuan daya saing dan daya bandingnya. Kemudian diberikan pembinaan sesuai kebutuhan dan kondisi sekolah masing-masing.”, harapnya.

Menurutnya, mutu leadership di sekolah menjadi modal utama dalam menata ulang mutu sekolah-sekolah Islam saat ini.

“Tantangan sekolah Islam swasta supaya bermutu harus diawali dengan sistem kepemimpinan sekolah. Umumnya kepemimpinan sekolah Islam kurang menerapkan kepemimpinan efektif. Juga lemah dalam melakukan sistem evaluasi mutu karena tidak punya konsep mutu. Karena itu kepala sekolah harus punya konsep mutu dan harus tahu realistis mana yang harus dikerjakan. Karena itu kalau lemah konsep mutu maka dampaknya akan miskin inovasi,” pungkasnya. (Gussholeh)

Artikel Terkait

Komentar (0)

Komentar tidak ditemukan