
Marzuki Alie : Gerakan Pembaruan Harus Berkelanjutan
13 September 2024 16:18
Saya terima kasih diajak Prof Fasli Jalal untuk menjadi salah satu pengurus di GUPPI. Saya bersedia di manapun kalau menyangkut Pendidikan, Insya Allah ada sedikit ilmu dan pengalaman yang mungkin bisa berkontribusi untuk kepentingan masa depan anak-anak kita dengan pengalaman di dunia pendidikan sudah lebih 40 tahun.
Kehadiran GUPPI saat ini luar biasa. Mungkin ini restorasi, karena dulu di bawah naungan Golkar, sekarang sudah independent. Artinya GUPPI harus mulai menata kembali bagaimana bisa berperan di dalam meningkatkan pendidikan Islam di Indonesia.
Gerakan usaha pembaruan itu gerakan tiada berakhir. Berkelanjutan. Kita tidak bisa mengharapkan dalam waktu 5 tahun selesai. Gerakan itu bisa berpuluh-puluh tahun. Jadi kita bergerak terus melakukan pembaruan-pembaruan, menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Ada tiga hal yang menjadi tantangan GUPPI saat ini. Ini berdasarkan pada pengalaman.
Pertama, kita lihat merosotnya moral bangsa kita pada saat ini luar biasa. Di sekolah-sekolah Islam pun terjadi pembulian. Ada teman di Jakarta yang mengelola yayasan pendidikan Islam. Belajarnya banyak juga konten-konten Islam. Tetapi pembulian terjadi.
Kayaknya seperti sudah hal-hal yang biasa-biasa saja orang korupsi. Tampil di TV ketawa-ketawa. Narkoba juga luar biasa. Juga masalah adab atau etika, bagaimana anak menghormati orang tua, orang tua dengan guru dan lain sebagainya. Ada yang salah di dalam pendidikan kita ini. Yang harus jadi PR kita.
Kedua, pendidikan Islam saat ini kelihatannya tidak mengantisipasi tantangan zaman. Kurikulumnya, mindset dosennya, dan rata-rata di pendidikan Islam itu sarana prasarananya sangat minim. Itu yang saya perhatikan. Seolah-olah pendidikan Islam itu sempit, tidak konteks dengan perkembangan kemajuan zaman, padahal harusnya ada nilai tambah agamanya.
Sekarang ini media sosial membuat perilaku kita berubah banyak, anak-anak kita berubah perilakunya, industrialisasi mengakibatkan anak-anak kita menjadi materialistis, rasionalitas tumbuh berkembang sehingga membuat jarak dengan pemahaman keyakinan agama. Ini tantangan yang kita hadapi pada saat ini. Harus kita cari solusinya.
Ketiga, bagaimana menghadirkan kembali kejayaan Islam yang telah menghasilkan ilmuwan-ilmuwan hebat. Kita mungkin belum sampai di sana. Pendidikan konvensional saja belum pernah Indonesia dapat Nobel, apalagi pendidikan Islam. Namun mungkin nanti tahapan-tahapan berikutnya.
Saya pernah diskusi dengan Buya Yahya, pimpinan pesantren al Bahjah. Dia berpesan agar pendidikan Islam di sekolah-sekolah itu tidak perlu menambah jam pelajaran, tetapi cukup tiga aspek ini yang harus ditekankan. Pertama akidah, yang kedua syariat, dan yang ketiga adalah akhlak. Itu saja yang dikemas.
Selain itu, pendidikan Islam harus konteks dengan permasalahan yang dihadapi ataupun tantangan masa depan bangsa. Kurikulumnya harus kita lakukan banyak perubahan. Digitalisasi itu sudah merupakan keniscayaan. Dalam sekian tahun ke depan mungkin 90% bisnis semuanya online.
Bagi kita umat Islam tentu harus siap dengan kemajuan, kalau kita tidak siap kita akan semakin tertinggal, semakin terbelakang. Karena itu perlu diupayakan bagaimana membenahi kurikulum, menyiapkan para pengajar, dosen, dan sarana prasarana sehingga mampu mengantisipasi perubahan-perubahan.
Secara garis besarnya, kita harus membuat program, rencana strategis, program kerja, bagaimana peran kita dan harus bergandengan tangan dengan pengambil keputusan.
Kita tidak boleh menjadi oposisi. Sebagai ormas keislaman kita harus selalu bergandengtangan dengan pemerintah. Kita harus terus mengawal pemerintahan, harus bersuara dengan cara yang etis, cara yang beradab, bukan berteriak-teriak di jalan. Itu yang harusnya dilakukan oleh umat Islam supaya perubahan itu terjadi.
Hentikanlah berteriak-teriak di jalan. Mengkritik tidak akan ada perubahan, tapi bisa dengan silaturahim, komunikasi, sharing pendapat pengalaman dan sebagainya. Saya yakin sekeras-kerasnya orang, dia akan cair, dia akan mendengarkan. Tetapi kalau itu kita bentur-benturkan, maka itu tidak akan menyelesaikan persoalan. (GUZ).
** Disarikan dari sambutan Marzuki Alie pada sambutan Pengukuhan Pengurus DPP GUPPI Periode 2024 - 2029 pada hari Ahad, 4 Agustus 2024 di Kampus Universitas YARSI Jakarta.
Artikel Terkait

Memajukan Literasi dan Publikasi di Perguruan Tinggi Pasca Permendikbud 53/2023
Sabtu, 30 September 2023 17:57