Guru Harus Berani dan Tidak Takut Tantangan

Guru Harus Berani dan Tidak Takut Tantangan

25 November 2024 12:29

Setiap tanggal 25 November kita memperingati Hari Guru Nasional. Pada peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2024 mengusung tema “Guru Hebat, Indonesia Kuat”.

Tema ini diambil sebagai bentuk dukungan dan apresiasi terhadap semangat belajar, berbagi, dan berkolaborasi dari guru-guru hebat Indonesia dalam memberikan layanan pendidikan untuk anak bangsa, serta menjadikan profesi guru semakin bermartabat, terhormat, dan membanggakan.

Hari Guru Nasional adalah bentuk apresiasi peran guru di seluruh negeri yang sudah mendidik dan membersamai anak Indonesia untuk tumbuh berkembang. HGN juga penghargaan kepada tenaga kependidikan yang telah memberi layanan pendidikan yang bermutu dan membangun kemajuan bangsa.

Dalam pidato awal setelah pelantikan sebagai Presiden RI ke 8, hari Ahad, 20 Oktober 2024 di depan Sidang Paripurna MPR, Prabowo Subianto meminta agar bangsa Indonesia menjadi bangsa kuat, pemberani dan tidak takut tantangan.

“Saya mengajak saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air untuk menjadi bangsa yang berani, bangsa yang tidak takut tantangan, bangsa yang tidak takut rintangan, bangsa yang tidak takut ancaman. Sesungguhnya sejarah kita adalah sejarah dengan penuh kepahlawanan penuh pengorbanan, penuh keberanian. Kemerdekaan kita bukan hadiah.” Kata Prabowo dalam pidatonya.  

Pidato Prabowo ini menjadi sesuatu yang baru dan memberikan harapan baru bagaimana bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang siap maju, hebat dan berani menghadapi tantangan. Karena itu tepat kiranya tema Hari Guru Nasional kali ini agar bangsa Indonesia bukan bangsa yang penakut dan tidak percaya diri.

Harapan ini bisa terwujud apabila para guru mempunyai kemerdekaan, keberanian dan kemandirian sehingga bisa mendidik dan menyemangati para siswanya. Ini juga perlu dukungan dari para stakeholder pendidikan agar para guru tidak mudah dipolitisasi, apalagi dikriminalisasi, saat melakukan penegakan disipilin di sekolah atau melakukan berbagai inovasi dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Sekolah menjadi tempat yang menyenangkan dan menenangkan bagi orang tua karena mereka yakin anak-anaknya akan dibimbing oleh guru-guru yang hebat, untuk masa depan negeri yang kuat.

Tidak Percaya Diri.

Beberapa waktu lalu, Mendikbudristek Nadiem Makarim pernah melontarkan pernyataan yang memancing kontroversi dengan mengatakan bahwa siswa Indonesia itu penakut dan tidak percaya diri untuk kuliah di luar negeri. Karena itu tidak banyak mahasiswa asal Indonesia yang masuk di kampus top dunia.

Menurut Nadiem, salah satu alasannya adalah banyak yang merasa takut dan tidak percaya diri untuk mendaftar kuliah atau beasiswa ke luar negeri.

"Ini alasannya kenapa pada tidak masuk sekolah top. Satu alasannya, karena banyak yang enggak berani apply," kata Nadiem di Kompas mengutip akun YouTube resmi penyanyi Putri Ariani, Jumat (22/3/2024).

Harus diakui bahwa memang jumlah pelajar Indonesia yang kuliah ke luar negeri tidak sebanyak dari Malaysia atau Thailand. Salah satu sebabnya adalah rendahnya kemampuan guru dalam membimbing anak didiknya akan punya kemampuan tinggi dan berdaya saing global. Kemampuan lulusan siswa SMA/SMK/MA Indonesia dalam bidang TOEFL/ILTS terbilang rendah untuk bisa apply ke perguruan tinggi di luar negeri, apalagi untuk mendapatkan beasiswa. Ini juga sebanding dengan rendahnya kemampuan guru dalam bahasa asing dimana tidak banyak guru yang mempunyai skor TOEFL diatas 500/5. Ini baru dari segi kemampuan bahasa, belum lagi kalau diukur dengan kemampuan dalam critical thinking.  

Dengan rendahnya mutu guru tersebut maka wajarlah kalau kualitas Pendidikan di Indonesia dianggap rendah. Karena itu wajar saja kalau siswa kita juga dianggap tidak percaya diri dan takut untuk kuliah di universitas-universitas top di luar negeri, seperti yang dialami oleh Nadiem yang lulusan Universitas Brown dan Harvard Bussiness School, keduanya di Amerika Serikat.

Rasanya tidak ada guru dari Indonesia yang sempat menyelami pendidikan di kampus-kampus hebat itu, sekalipun sekedar short course atau study banding. Padahal kita memerlukan benchmarking untuk menjadi inspirasi bagi para guru hebat dari Indonesia agar dunia pendidikan Indonesia juga bisa masuk dalam jajaran elit dunia pendidikan, bukan pendidikan elitis, atau pendidikan untuk kaum elit.

Guru Pemberani

Ketika seseorang memikirkan bidang karier yang membutuhkan keberanian, yang mungkin mengakibatkan hilangnya nyawa, orang pasti membayangkan pekerjaan adalah pemadam kebakaran, polisi, atau tentara. Bukan guru.

Guru, pada umumnya, tidak benar-benar dianggap sebagai individu yang kuat atau pemberani dibandingkan dengan pekerjaan pemadam kebakaran, polisi atau tentara. Padahal, sesungguhnya untuk menjadi seorang guru dibutuhkan keberanian yang luar biasa karena menghadapi makhluk hidup yang punya ego, emosi, ambisi, daya nalar, dan terus berkembang.

Keberanian seorang guru lebih dari sekadar berani berdiri mengajar di depan 20-30 anak yang aktif dan kreatif setiap hari dan mencoba membimbing mereka melalui pelajaran yang mereka ikuti. Tentu saja, berdiri di depan anak-anak seperti itu membutuhkan keberanian yang luar biasa. Anak-anak dikenal sebagai kelompok yang tidak dapat diprediksi dan terus tumbuh berkembang setiap saat.

Para guru bisa jadi juga akan mengalami berbagai kendala saat mengajar atau membimbing para siswanya, apalagi dimata pada siswanya, guru adalah makhluk yang sempurna, tidak boleh berbuat salah. Karena guru adalah panutan, tauladan dan layak untuk ditiru. Guru adalah sosok sempurna yang digugu dan ditiru (didengar dan diikuti).

Memilih untuk menjadi guru sebagai pilihan gaya hidup juga merupakan keputusan yang berani. Mengajar sudah dikenal sebagai pekerjaan dengan gaji rendah dan pekerjaan yang tidak banyak memperoleh penghargaan. Guru sering menjadi sasaran komplain orang tua dan masyarakat, dan beberapa waktu belakangan ini guru juga menjadi sasaran kemarahan siswanya akibat sang guru menerapkan disiplin sekolah yang benar. 

Kita sering mendapati anggaran sekolah yang terbatas sehingga sekolah tidak bisa menyediakan fasilitas yang memadai untuk kegiatan pembelajaran. Atau anggaran perlengkapan sekolah yang tidak memadai, sehingga guru harus mengeluarkan uang untuk membeli perlengkapan kelas yang mereka butuhkan agar anak-anak dapat belajar dengan nyaman.

Ada risiko emosional yang diterima guru setiap tahun ajaran baru saat mereka menerima murid baru dan membutuhkan kelas baru. Banyak hal yang terjadi antara guru dan siswa di kelas saat guru tersebut mengajar agar anak-anak itu mempunyai harapan hidup yang lebih baik. Ada ikatan cinta yang tumbuh berkembang di mata guru yang amat berharga bagi proses pendidikan. Kasih sayang ini sering berlanjut dari masa kanak-kanak hingga sekolah menengah, atau justru hingga perguruan tinggi. Anak-anak menjadikan para guru mereka menjadi guru favorit, yang kadang melebihi orang tuanya.

Dalam berbagai studi menunjukkan bagaimana para guru di SD itu begitu berkesan bagi para siswanya di SMA bahkan hingga kuliah di perguruan tinggi maupun setelah di dunia kerja. Para guru SD sering dianggap lebih dari sekedar sebagai guru di kelas, karena para guru ini, yang sebagian besar adalah perempuan, banyak menggantikan peran orang tua dalam mengasuh dan membimbing anak-anak di saat kecilnya di sekolah.  

Tidak sedikit kita mendengar bagaimana seorang guru harus menghadapi resiko fisik atau psikologis karena menghadapi anak-anak yang bermacam karakter. Di sekolah-sekolah perkotaan, sejumlah guru harus mengalami cedera ringan atau yang lebih buruk lagi cedera berat karena harus menghadapi anak-anak yang nakal, tawuran atau bahkan tindakan kriminal.

Guru adalah orang-orang yang luar biasa dan kita semua layak berterima kasih kepada mereka semua atas keberanian dan ketulusan. Untuk itu diperlukan suatu komitmen yang kuat untuk menjadi guru, yang tidak sekedar mengajar di didepan kelas saja, tapi bagaimana menjadi guru profesional yang juga punya keberanian untuk menghadapi tantangan-tantangan baru yang terjadi di dunia sekolah.

Dan dengan pengorbanan yang begitu besar itu maka satu-satunya penghargaan yang nyata kepada para guru adalah bagaimana mereka bisa tetap happy dan joyfull sehingga mereka juga akan dengan tulus dan ikhlas dalam memberikan ilmu dan pengetahuan kepada anak-anak didik mereka. 

Kita memang berharap banyak agar dunia pendidikan Indonesia bisa bermutu dan merata mutunya sehingga bisa membangunkan kebanggaan kepada setiap warga negara Indonesia. Karena itu, ultimate goal pendidikan adalah agar bagaimana para guru dapat membentuk anak didik kita menjadi anak-anak yang berkarakter, berakhlak mulia sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Kita bisa belajar dari pengalaman Jepang yang maju karena mempunyai kepribadian atau karakter yang sangat kuat, dan telah teruji dalam Perang Dunia, baik di Perang Dunia I maupun Perang Dunia II hingga saat ini. Tradisi belajar orang Jepang, terutama tradisi membaca pada anak-anak, termasuk yang tertinggi di belahan dunia sejak anak usia kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Disinilah sejarah mencatat bagaimana para guru dan dosen di Jepang mempunyai peran penting dalam membangkitkan kembali Jepang yang sempat porak poranda.

Wajah Baru

Nah, genderang sudah ditabuh oleh Presiden Prabowo Subianto agar anak didik kita menjadi pemberani dan tidak takut dengan tantangan. Karena itu kita berharap agar para guru bisa membangun suasana pendidikan yang lebih segar dan tidak takut melakukan berbagai inovasi agar anak-anak kita punya mental berani, maju, tidak takut tantangan dan tentunya berakhlak mulia.

Ini tentu perlu dukungan dari Mas Menteri Mu’ti, para politisi dan stakeholder pendidikan, agar para guru berani berkreasi dan melakukan inovasi namun tidak selalu dibayangi oleh ketakukan-ketakukan karena akan ada tindakan kriminalisasi dari orang tua atau masyarakat seperti yang terjadi beberapa waktu lalu.   

 

Agus Sholeh

Pembina Yayasan Al Inayah Tangerang Selatan

Pengurus DPP GUPPI

Artikel Terkait

Komentar (0)

Komentar tidak ditemukan